Vol. 54 No. 3 (2023)
Prevalensi Masalah Perilaku Remaja di Panti Asuhan Sekar Pengharapan dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Widhya Asih Cica Badung, Bali
I Gede Kade Dwi Dharma Kayika, Soetjiningsih, I Gusti Ayu Trisna Windiani, I Gusti Agung Ngurah Sugitha Adnyana, Ni Luh Sukma PratiwiOnline First: Nov 30, 2023
- Abstract
Prevalensi Masalah Perilaku Remaja di Panti Asuhan Sekar Pengharapan dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Widhya Asih Cica Badung, Bali
Background: The development of adolescent behavior plays a very important role in the future life of a teenager. The death of a parent is one of the main conditions that allow teenagers to be cared for by guardians other than parents, which influences the development of a teenager's behavior. An orphanage is a shelter for teenagers' physical, mental, and social development. This study aims to determine the prevalence of behavioral problems in adolescents with behavioral issues at the Sekar Pengharapan Orphanage and the Widhya Asih Cica Badung Child Social Welfare Institution (LKSA), Bali.
Method: Cross-sectional research to determine adolescents' behavioral problems in the Sekar Pengharapan orphanage and LKSA Widhya Asih Cica Badung, Bali. The research subjects were all teenagers living in the Sekar Pengharapan orphanage and LKSA Widhya Asih Cica Badung, Bali, who met the research criteria. Behavior problems were assessed using the PSC-17 questionnaire. All data were analyzed using the SPSS ver.25 program.
Results: Ninety-two teenagers living in orphanages were obtained, with 71.5% experiencing behavioral problems. 32.7% were early adolescents, 17.3% were late teens, 46.2% were middle teens, and 3.8% were pre-teens. 92% had good nutrition, and 8% had malnutrition (2% mild PEM, 4% Overnutrition, and 2% Obesity). As many as 80.8% had lived in an orphanage for less than 6 years, and 10.2% had lived for more than 6 years. As many as 69.2% of teenagers have never experienced bullying. PSC-17 showed internalizing, externalizing, and attention problems in 67.3%, 11.5%, and 9.6% of teenagers.
Conclusion: The prevalence of adolescents experiencing behavioral problems at the Sekar Pengharapan Orphanage and LKSA Widhya Asih Cica Badung, Bali, is 71.5%.
Latar belakang: Perkembangan perilaku remaja sangat berperan penting untuk kehidupan masa depan seorang remaja. Kematian orang tua merupakan salah satu kondisi utama yang yang memungkinkan remaja dirawat oleh wali diluar orang tua yang berpengaruh terhadap perkembangan perilaku seorang remaja. Panti asuhan merupakan penampungan pembinaan fisik, mental, sosial bagi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi masalah perilaku remaja yang memiliki masalah perilaku di Panti Asuhan Sekar Pengharapan dan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Widhya Asih Cica Badung, Bali.
Metode: Penelitian cross sectional untuk mengetahui masalah perilaku remaja yang tinggal di panti asuhan Sekar Pengharapan dan LKSA Widhya Asih Cica Badung, Bali. Subjek penelitian adalah seluruh remaja yang tinggal di panti asuhan Sekar Pengharapan dan LKSA Widhya Asih Cica Badung, Bali yang memenuhi kriteria penelitian. Masalah perilaku dinilai menggunakan kuesioner PSC-17. Seluruh data dianalisis dengan program SPSS ver.25.
Hasil Penelitian: Sebanyak 52 remaja yang tinggal di panti asuhan diperoleh dengan 71,5% remaja mengalami masalah perilaku. Sebanyak 32,7% merupakan remaja awal; 17,3% remaja akhir; 46,2% remaja pertengahan; dan 3,8% pra-remaja. Sebanyak 92% memiliki gizi baik dan 8% dengan malnutrisi (2% PEM ringan, 4% Gizi Lebih dan 2% Obesitas). Sebanyak 80,8% memiliki durasi tinggal di panti asuhan selama kurang dari 6 tahun dan 10,2% sudah tinggal lebih dari 6 tahun. Sebanyak 69,2% remaja tidak pernah mengalami perundungan. Hasil PSC-17 menunjukkan adanya masalah internalisasi, masalah eksternalisasi, dan masalah perhatian pada masing-masing 67,3%; 11,5%; dan 9,6% remaja.
Kesimpulan: Prevalensi remaja yang mengalami masalah perilaku di Panti Asuhan Sekar Pengharapan dan LKSA Widhya Asih Cica Badung, Bali sebesar 71,5%.
Skrining depresi akibat COVID-19 siswa SMA Parisada Amlapura, Karangasem, Bali, Indonesia
Ida Aju Kusuma Wardani, Ni Ketut Putri Ariani, Luh Nyoman Alit Aryani, Ni Ketut Sri DiniariOnline First: Sep 21, 2023
- Abstract
Skrining depresi akibat COVID-19 siswa SMA Parisada Amlapura, Karangasem, Bali, Indonesia
Introduction: The COVID-19 pandemic has seriously impacted the psychological well-being of the teenager and is often undiagnosed. This study aimed to increase general knowledge about mental disorders and screening for depression among high school students at Parisada High School, Amlapura District, Karangasem Regency.
Methods: This study was an observational study with a cross-sectional design. The activity began with screening the Parisada Senior High School students, Amlapura, by filling in the Children Depression Inventory (CDI) questionnaire. This CDI is used to assess the tendency to depression in children aged 7-17. After obtaining the screening results from the Parisada Senior High School students, Amlapura continued with the dissemination activities to students of the Parisada Senior High School, Amlapura. Analysis was carried out using descriptive analysis to evaluate the proportion of each variable.
Results: In this study, out of a total of 65 respondents, 40 were male respondents (61,5%) and 25 were female respondents (38.5%). Respondents were between 15 and 20 years of age, with the highest percentage being 16 (41.54%) and the lowest at 19 (1.54%). Based on the scoring results of the CDI questionnaire available, CDI test results score ≥ 20 of 6 respondents (9.2%), CDI < 20 of 59 respondents (90.8%).
Conclusion: Depression in teenagers exists and needs attention. We hope they are more interested in their mental health.
Pendahuluan: COVID-19 berdampak terhadap kesejahteraan psikologis remaja dan ini seringkali tidak terdiagnosis. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan umum tentang gangguan jiwa dan skrining depresi pada siswa SMA Parisada Kecamatan Amlapura Kabupaten Karangasem.
Metode: Penelitian ini adalah studi observasi dengan menggunakan desain potong lintang. Aktivitas dimulai dengan pemeriksaan siswa SMA Parisada, Amlapura, dengan mengisi kuesioner Child Depression Inventory (CDI). CDI ini digunakan untuk menilai kecenderungan untuk depresi pada anak-anak usia 7-17. Setelah mendapatkan hasil pemeriksaan dari siswa SMA Parisada, Amlapura melanjutkan kegiatan penyebaran kepada siswa SMA Parisaida Senior, Amlapura. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengevaluasi proporsi setiap variabel.
Hasil: Dalam penelitian ini, dari total 65 responden, 40 responden laki-laki (61,5%) dan 25 responden perempuan (38,5%). Responden berusia antara 15 dan 20 tahun, dengan persentase tertinggi 16 (41.54%) dan terendah di 19 (1.54%). Berdasarkan hasil penilaian dari kuesioner CDI yang tersedia, hasil tes CDI skor ≥ 20 dari 6 responden (9,2%), CDI < 20 dari 59 responders (90,8%).
Simpulan: Depresi pada remaja ada dan perlu diperhatikan. Kami berharap mereka lebih tertarik pada kesehatan mental.
Kadar Cartilage Oligomeric Matrix Protein (COMP) dan Crosslinked C-Telopeptides of Type II Collagen (CTX II) Yang Tinggi Merupakan Faktor Risiko Terjadinya Sendi Lutut Tidak Stabil Pada 12 Bulan Pasca Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament
I Made Arya Susila, K G Mulyadi Ridia, I Gusti Ngurah Wien Aryana, A A Wiradewi Lestari, I Ketut Suyasa, Putu AstawaOnline First: Nov 30, 2023
- Abstract
Kadar Cartilage Oligomeric Matrix Protein (COMP) dan Crosslinked C-Telopeptides of Type II Collagen (CTX II) Yang Tinggi Merupakan Faktor Risiko Terjadinya Sendi Lutut Tidak Stabil Pada 12 Bulan Pasca Rekonstruksi Anterior Cruciate Ligament
Introduction: Anterior Cruciate Ligament (ACL) tear is a common debilitating knee injury in young adults due to sports injuries. Failure to administer appropriate treatment led to continuous inflammatory response, marked with inflammatory mediator release, such as COMP and CTX-II. It may further provoke tissue damage and induce knee joint instability. The study aims to investigate the relationship between COMP and CTX-II levels in knee joint instability following an ACL reconstruction.
Methods: A case-control study with consecutive sampling was performed among 18 patients with 8 unstable knee joints following an ACL reconstruction at 12 months follow-up. The parameters assessed are knee joint instability with Lachmeter measurement, COMP levels from knee joint synovial fluid, and CTX-II from blood serum. Statistical analysis is performed using SPSS software.
Results: Most of the sample was male (66.67%) with an average age of 27.11 ± 9.59 years. This study showed a significant difference in COMP and CTX-II levels between the unstable joint and stable joint groups after anterior cruciate ligament reconstruction (p=0.005 and p=0.008). Chi-Square test showed that high levels of COMP and CTX-II were risk factors for knee joint instability at 12 months after ACL reconstruction (COMP OR 10.50; CI95% 0.90 – 121.38; p=0.04 and CTX-II 16.33; IK95% 1.34 – 197.76; p=0.015).
Conclusion: Elevated levels of COMP and CTX-II are applicable in predicting knee instability following ACL reconstruction at 12 months postoperatively.
Latar belakang: Robekan Anterior Cruciate Ligament (ACL) merupakan cedera lutut yang umum terjadi pada populasi usia muda. Kegagalan pengobatan yang tepat dapat menyebabkan respon inflamasi kronis dan kerusakan jaringan, sehingga menyebabkan ketidakstabilan sendi lutut. Respon inflamasi dapat ditandai dengan pelepasan mediator inflamasi, seperti Cartilage Oligomeric Matrix Protein (COMP) dan Crosslinked C-Telopeptides of Type II Collagen (CTX-II). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar COMP dan CTX-II pada ketidakstabilan sendi lutut setelah rekonstruksi ACL.
Metode: Studi case-control dengan pengambilan sampel konsekutif dilakukan pada 18 pasien, dengan 8 pasien sendi lutut tidak stabil setelah rekonstruksi ACL pada 12 bulan masa follow-up. Pengukuran ketidakstabilan sendi lutut dilakukan dengan pengukuran Lachmeter, kadar COMP dan CTX-II diukur melalui cairan sinovial sendi lutut dan serum darah. Analisis statistik dilakukan dengan program SPSS v.26.
Hasil: Sebagian besar sampel adalah laki-laki (66,67%) dengan rata-rata usia 27,11±9,59 tahun. Pada penelitian ini terdapat perbedaan kadar COMP dan CTX-II yang signifikan antara kelompok sendi tidak stabil dan sendi stabil pasca rekonstruksi anterior cruciate ligament (p=0,005 dan p=0,008). Uji Chi Square menunjukkan tingkat COMP dan CTX-II yang tinggi merupakan faktor risiko ketidakstabilan sendi lutut pada 12 bulan setelah rekonstruksi ACL (COMP OR 10,50; IK95% 0,90 – 121,38; p=0,04 dan CTX-II 16,33; IK95% 1,34 – 197,76; p=0,015).
Kesimpulan: Peningkatan kadar COMP dan CTX-II merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap ketidakstabilan lutut setelah rekonstruksi ACL pada 12 bulan pasca operasi.
Hubungan antara aktivitas penyakit dan kualitas hidup pada lupus eritematosus sistemik pediatrik
Ida Bagus Wiadnyana, Ketut Dewi Kumara Wati, I Gusti Ayu Trisna Windiani, I Wayan Gede Artawan, Ida Bagus RamajayaOnline First: Nov 2, 2023
- Abstract
Hubungan antara aktivitas penyakit dan kualitas hidup pada lupus eritematosus sistemik pediatrik
Background: Pediatric systemic lupus erythematosus (pediatric SLE) is a systemic autoimmune disorder that results in fluctuating chronic inflammation and morbidity. Therefore, the nature of the disease and long-term therapy may impact quality of life. This study aims to analyze the relationship between disease activity and quality of life in children with SLE.
Method: Retrospective cross-sectional study of children suffering from SLE at Prof.Dr.IGNG Ngoerah General Hospital, Denpasar, 2015-2021. Quality of life was assessed using PedsQL and SLE disease activity was assessed using the SLEDAI score. Statistical analysis consisted of correlation tests, Kruskal-Wallis followed by ANOVA and regression analysis.
Results: The subjects of this study were 85 people with a median age of 14 years with a female to male ratio of 3:1. Most subjects experienced mild SLE, namely 33 people (38.8%) and were involved in light activity. The mean PedsQL of children and parents was 70.6 (17.8%) and 71.6 (15.75%), respectively. PedsQL of children and parents had a significant correlation with disease activity (R:-0.485, p<0.001) and (R:-0.509, p<0.001). The Kruskal-Wallis test showed a significant relationship between the quality of life of children and parents and the degree of SLEDAI score (p<0.001). ANOVA test showed initial therapy, nutritional status, SLEDAI score, age, anemia, lymphopenia, neutropenia and disease duration were significant predictors for PedsQL for children and parents (F:5.42 and 4.265, p<0.001). The linear regression test showed that the SLEDAI score was the only significant predictor of quality of life (B:-1.203 and -1.181, 95%CI -1.686, 0.721 and -1.667, -0.694, p<0.001).
Conclusion: There is a significant relationship between disease activity and the quality of life of children and parents. The SLEDAI score is a significant predictor of quality of life.
Latar Belakang: Lupus eritematosus sistemik anak (SLE pediatrik) mengalami kelainan autoimun sistemik yang mengakibatkan fluktuasi inflamasi kronik dan morbiditas. Oleh karena itu, sifat penyakit dan terapi jangka panjang mungkin berdampak pada kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan aktivitas penyakit dengan kualitas hidup pada SLE pediatrik.
Metode: Studi cross-sectional retrospektif pada anak penderita SLE di RSUP Prof.Dr.IGNG Ngoerah Denpasar tahun 2015-2021. Kualitas hidup dinilai menggunakan PedsQL dan aktivitas penyakit SLE dinilai menggunakan skor SLEDAI. Analisis statistik terdiri dari uji korelasi, Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan ANOVA dan analisis regresi.
Hasil: Subjek penelitian ini berjumlah 85 orang dengan median usia 14 tahun dengan rasio perempuan dan laki-laki 3:1. Subjek terbanyak mengalami SLE ringan, yaitu 33 orang (38,8%) dan berada dalam aktivitas ringan. Rerata PedsQL anak dan orang tua masing-masing sebesar 70,6 (17,8%) dan 71,6 (15,75%). PedsQL anak dan orang tua mempunyai korelasi yang signifikan terhadap aktivitas penyakit (R:-0,485, p<0,001) dan (R:-0,509, p<0,001). Uji Kruskal-Wallis menunjukkan hubungan yang signifikan antara kualitas hidup anak dan orang tua dengan derajat skor SLEDAI (p<0,001). Uji ANOVA menunjukkan terapi awal, status gizi, skor SLEDAI, usia, anemia , limfopenia, neutropenia dan durasi penyakit merupakan prediktor signifikan untuk PedsQL anak dan orang tua (F:5,42 dan 4,265, P-value <0,001). Uji regresi linier menunjukkan bahwa skor SLEDAI merupakan satu-satunya prediktor yang signifikan terhadap kualitas hidup (B:-1,203 dan -1.181, 95%CI -1,686, 0,721 dan -1,667, -0.694, p<0,001).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas penyakit dengan kualitas hidup anak dan orang tua. Skor SLEDAI merupakan prediktor yang signifikan terhadap kualitas hidup.
Potensi Streptomyces dalam Menghambat Escherichia coli Extended Spectrum Beta Lactamase Penyebab Urinary Tract Infection
Kadek Desy Kartika, Made Pharmawati, Retno Kawuri, Citra GadingOnline First: Oct 31, 2023
- Abstract
Potensi Streptomyces dalam Menghambat Escherichia coli Extended Spectrum Beta Lactamase Penyebab Urinary Tract Infection
Introduction: Streptomyces can produce primer and secondary metabolites such as enzymes and antibiotics. The emergence of pathogens resistant to antibiotics causes increased deaths among sufferers. Escherichia coli Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) is a pathogenic bacterium that causes urinary tract infections and is resistant to Beta-Lactam antibiotics. This research aimed to analyze the ability of Streptomyces isolated from soil around the Biology Study Program, Udayana University, to inhibit E. coli ESBL.
Methods: Streptomyces were isolated from soil around the Biology Study Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Udayana University. Antagonist tests of Streptomyces isolates against Escherichia coli ESBL were done with dual culture. The Minimum Inhibition Concentration (MIC) of the Streptomyces isolate filtrate that inhibits E.coli ESBL was tested with the wheel diffusion test. The Streptomyces isolate that inhibits E.coli ESBL was identified with 16S rRNA.
Results: Four isolates of Streptomyces were isolated from soil, namely Streptomyces sp.1, Streptomyces sp.2, Streptomyces sp.3 and Streptomyces sp 4. The Streptomyces sp.3 isolate can inhibit ESBL E. coli with an inhibition zone diameter of 16±0.1 mm and Minimum Inhibition Concentration (MIC) of 10% with an inhibition zone diameter of 20±0.13 mm. Molecular identification of Streptomyces sp.3 showed the homology with 5 isolates of Streptomyces in Genebank data; among them, Streptomyces rochei strain R-3B, Streptomyces enissocaesilis AL3, Streptomyces sp. SMVB 1, Streptomyces djakartensis and Streptomyces WAC627.
Conclusion: Streptomyces sp isolate 3 isolated from soil around the Biology Study Program Udayana University showed the highest inhibition of E. coli ESBL.
Latar Belakang: Streptomyces merupakan mikroorganisme yang mampu menghasilkan metabolit primer dan sekunder seperti enzim dan antibiotika. Munculnya bakteri patogen penyebab infeksi yang mengalami resistensi antibiotika meningkatkan resiko kematian terhadap penderita. Escherichia coli Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) merupakan bakteri patogen penyebab Urinary Tract Infection (UTI) yang telah mengalami resistensi terhadap antibiotika golongan Beta-Lactam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan Streptomyces yang diisolasi dari tanah sekitar Program Studi Biologi, Universitas Udayana dalam menghambat pertumbuhan E. coli ESBL, mengatahui Minimum Inhibition Concentration filtrat Streptomyces terhadap E. coli ESBL.
Metode: Streptomyces diisolasi dari tanah disekitar Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam, Universitas Udayana. Uji antagonis isolat Streptomyces terhadap E. coli ESBL dengan metode dual culture. Isolat Streptomyces yang menghambat E. coli ESBL dilanjutkan uji Minimum Inhibition Concetration terhadap E. coli ESBL dengan metode sumur difusi. Dilakukan identifikasi molekuler dengan 16S rRNA pada Streptomyces yang mampu menghambat E. coli.
Hasil: Diperoleh empat isolat Streptomyces dari tanah yaitu Streptomyces sp.1, Streptomyces sp.2, Streptomyces sp.3 dan Streptomyces sp.4. Isolat Streptomyces sp.3 mampu menghambat E. coli ESBL dengan diameter zona hambat sebesar 16±0.1 mm dan Minimum Inhibition Concentration (MIC) 10% dengan diameter zona hambat sebesar 20±0.13 mm. Streptomyces sp.3 teridentifikasi secara molekuler mempunyai homologi dengan 5 spesies Streptomyces pada data genebank yaitu, Streptomyces rochei strain R-3B, Streptomyces enissocaesilis AL3, Streptomyces sp. SMVB 1, Streptomyces djakartensis dan Streptomyces WAC627.
Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Streptomyces yang diisolasi dari tanah mampu menghambat E. coli ESBL.
