Background: Premature rupture of membrane (PROM) is one of pregnancy complications that has become important medical issues all over the world including Indonesia, in regards to its prevalence, related morbidity and mortality not only for the mother but also for the fetus or neonate. The weakened amniotic membrane associated with increased degradation of extracellular matrix and apoptosis is an important factor underlying the pathogenesis of PROM. The increase of MMP-2 and caspase-3 expression is an important topic to study in order to understand the risk factors of PPROM.
Method: This is a cross sectional study involving 40 mothers with and without PROM with gestational age range from 20 to 37 weeks. The sample of amniotic membrane are taken consecutively from the edges of the broken site of amniotic membrane, sized 2 cm. The sample was then fixated within a phosphate buffer saline (PBS) solution. The sample was sent to Laboratorium Biomedik Terpadu, Faculty of Medicine Udayana University for MMP-2 and caspase-3 characterization using immunohistochemistry.
Result: Maternal age, gestational age, and BMI were not the risk factors of PROM. The expression of MMP-2 and caspase-3 were significantly higher in group with PROM as compared to those without PROM (p<0.05).
Conclusion: In conclusion, there were differences in the expression of MMP-2 and caspase-3 between group with PROM as compared to those without PROM.
Latar Belakang: Ketuban pecah dini (KPD) merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang menjadi masalah kesehatan penting di seluruh dunia termasuk Indonesia, terkait dengan prevalensi, morbiditas dan mortalitas perinatal di samping maternal. Melemahnya selaput ketuban akibat degradasi komponen matriks ekstraseluler dan peningkatan apoptosis sel amnion merupakan faktor penting yang mendasari terjadinya KPD. Peningkatan kadar MMP-2 dan caspase-3 menarik untuk diteliti sebagai salah satu faktor risiko pada KPD preterm.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang terhadap 40 orang ibu bersalin dengan dan tanpa KPD umur kehamilan 20-37 minggu. Sampel penelitian berupa jaringan amnion yang diambil secara consecutive sampling. Jaringan amnion diambil dari tepi robekan selaput ketuban berukuran lebar 2 cm setelah melahirkan, kemudian dimasukkan dalam larutan fiksasi phosphate buffer saline (PBS). Sampel selanjutnya dikirim ke Laboratorium Biomedik Terpadu FK Universitas Udayana Denpasar, untuk pemeriksaan ekspresi MMP-2 dan Caspase-3 menggunakan metode imunohistokimia.
Hasil: Umur, ibu usia gestasi dan IMT bukan merupakan faktor risiko KPD preterm. Ekspresi MMP-2 dan caspase-3 sel amnion pada KPD lebih tinggi secara bermakna dibanding ekspresi MMP-2 dan caspase-3 sel amnion tanpa KPD (p<0,05).
Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan ekspresi MMP-2 dan caspase-3 sel amnion pada kasus KPD dibanding tanpa KPD pada persalinan preterm.