Hubungan antara hormon relaksin sistemik dengan terjadinya ketuban pecah dini
- PDF  |
- DOI: https://doi.org/10.15562/medicina.v50i3.708  |
- Published: 2019-12-03
Search for the other articles from the author in:
Google Scholar | PubMed | Medicina Journal
Search for the other articles from the author in:
Google Scholar | PubMed | Medicina Journal
Search for the other articles from the author in:
Google Scholar | PubMed | Medicina Journal
Pendahuluan: Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Ketuban pecah dini dapat meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas bagi ibu dan bayi di dunia terutama di Indonesia. Hormon relaksin dipercaya kadarnya meningkat pada pasien dengan ketuban pecah dini. Diharapkan hormon relaksin dapat dijadikan suatu penanda dalam usaha mendeteksi secara dini serta mencegah terjadinya ketuban pecah dini.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara hormon relaksin sistemik dengan terjadinya ketuban pecah dini.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan rancangan Cross-Sectional di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar dan Laboratorium Prodia dari September 2017 sampai Juni 2018. Sampel penelitian adalah ibu hamil preterm dan aterm yang mengalami ketuban pecah dini yang datang ke Poliklinik dan Kamar Bersalin Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Sanglah Denpasar, yang memenuhi kriteria dan bersedia ikut serta dalam penelitian. Total sejumlah 40 orang ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi yang bersedia diikutkan dalam penelitian. Pemeriksaan serum darah dilakukan untuk mengidenti kasi kadar serum relaksin sistemik. Dilakukan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan peningkatan kadar relaksin sistemik terhadap ketuban pecah dini. Data dianalisis dengan menggunakan Program SPSS.
Hasil: Hasil uji Chi-square kadar hormon relaksin terhadap kedua kelompok ketuban pecah dini preterm dengan ketuban pecah dini aterm didapatkan nilai p = 0,003 (p<0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara hormon relaksin sistemik dengan terjadinya ketuban pecah dini, dimana kadar hormon relaksin yang tinggi lebih bermakna pada kejadian pecah dini preterm preterm
Â
Â
Introduction: Premature rupture of membranes (PROM) is a rupture of the fetal membranes before any signs of labor. PROM can increase maternal and neonatal mortality and morbidity in the world, especially in Indonesia. The relaxin hormone is believed to increase levels in patients with PROM. It is expected that relaxin hormone can be used as a marker to detect early signs of PROM and prevent the incident.Â
Objective: The aim of this study is to know the relationship between systemic relaxin hormones with premature rupture of membranes (PROM).Â
Methods: This study used observational analytic approach with Cross- Sectional design at the Obstetrics and Gynecology Department of Sanglah Hospital Denpasar and Prodia Laboratories from September 2017 to June 2018. The research sample was preterm and term pregnant women who experienced PROM and was admitted to the Obstetrics-Gynecology Polyclinic and Delivery Room in ER Sanglah General Hospital Denpasar, that fulfill the inclusion criteriaand are willing to participate in this study. A Total of 40 pregnant women who met the inclusion criteria were willing to be included in the study. Blood sampling was done to identify systemic relaxin serum levels. Chi-Square test was conducted to find out the relationship between the increase in systemic relaxin hormones and PROM. Data were analyzed using the SPSS Program.Â
Results: Chi-Square test results shows that relaxin hormone levels between two groups of preterm PROM and aterm PROM were p = 0.003 (p <0.05).Â
Conclusion: It was concluded that there was a relationship between systemic relaxin hormones with premature rupture of membranes, in which the higher levels of relaxin hormone were more significant in preterm premature rupture of membranes.Â