- Current Issue
Menakar sistem perencanaan, pengadaan, dan distribusi obat terhadap stagnant dan stockout obat dan dampak pada kinerja instalasi farmasi rumah sakit swasta
Sang Made Teguh Sanjaya, Gede Sri DarmaOnline First: Jul 30, 2023
- Abstract
Menakar sistem perencanaan, pengadaan, dan distribusi obat terhadap stagnant dan stockout obat dan dampak pada kinerja instalasi farmasi rumah sakit swasta
Background: Pharmaceutical services can be regarded as a support service as well as the main revenue generator. On the other hand, the provision of medicines is the largest portion of hospital spending, so that such a large expenditure of pharmaceutical supplies must be managed properly and efficiently, in order to maintain hospital revenue, bearing in mind that the budget for pharmaceutical supplies in hospitals does not always meet demand. This study was conducted to investigate the planning system, procurement system, and drug distribution system for stagnant and drug stockouts and the performance of pharmaceutical installations in private hospitals in Gianyar Regency.
Method: This study targets a population of 488 pharmacists in five private hospitals in Gianyar Regency. Through a purposive sampling technique, a total of 220 pharmacists participated as respondents. Empirical data was collected through distributing questionnaires and analyzed through the SEM approach with PLS.
Results: The planning system, drug procurement system, and distribution system have proven to have a negative and significant effect on drug stagnant & stockout, but not significant effect on the performance of pharmaceutical installations in private hospitals in Gianyar Regency. Drug stagnant & stockout can act as mediating variables in each relationship between variables.
Conclusion: Implementation of policies and collaboration between leaders and employees is important to implement, especially related to pharmaceutical supply planning in order to improve employee performance and encourage increased revenue for private hospitals.
Latar belakang: Layanan kefarmasian dapat dikatakan sebagai layanan pendukung sekaligus penghasil pendapatan utama. Disisi lainnya, penyediaan obat-obatan merupakan porsi terbesar dari pengeluaran rumah sakit sehingga pengeluaran perbekalan farmasi yang begitu besar harus dikelola dengan baik dan efisien, guna tetap mempertahankan pendapatan rumah sakit mengingat bahwa anggaran perbekalan farmasi di rumah sakit tidak selalu memenuhi kebutuhan. Studi ini dilaksanaka untuk menginvestigasi sistem perencanaan, sistem pengadaan, dan sistem distribusi obat terhadap stagnant dan stockout obat dan kinerja instalasi farmasi pada rumah sakit swasta di Kabupaten Gianyar.
Metode: Studi ini menargetkan populasi sejumlah 488 tenaga kefarmasian pada lima rumah sakit swasta di Kabupaten Gianyar. Melalui teknik purposive sampling, diperoleh sejumlah 220 tenaga kefarmasian yang berpartisipasi sebagai responden. Data empiris terkumpul melalui penyebaran kuesioner dan dianalisis melalui pendekatan SEM dengan PLS.
Hasil: Sistem perencanaan, sistem pengadaan obat, serta sistem distribusi terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stagnant & stockout obat, namun berpengaruh tidak signifikan pada kinerja instalasi farmasi pada rumah sakit swasta di Kabupaten Gianyar. Stagnant & stockout obat mampu berperan sebagai variabel mediasi dalam masing-masing hubungan antar variabel.
Simpulan: Penerapan kebijakan dan kolaborasi antara pimpinan dan karyawan penting untuk dilaksanakan khususnya terkait perencanaan perbekalan farmasi guna meningkatkan kinerja karyawan dan mendorong peningkatan pendapatan rumah sakit swasta.
Determinan kesuksesan implementasi rekam medis elektronik rumah sakit
I Ketut Gede Wirantaja, Gede Sri DarmaOnline First: Jul 30, 2023
- Abstract
Determinan kesuksesan implementasi rekam medis elektronik rumah sakit
Background: Electronic medical record is a medical record that is made using an electronic system that is intended for the implementation of medical records. Electronic medical records provide many benefits, convenience, speed, convenience in service and efficiency, but in the implementation of electronic medical record filling, the achievement of electronic medical record filling has not reached the target. This study aims to examine the effect of the benefits and convenience of electronic medical records, digital technology literacy, quality of hospital management information systems and work commitment of doctors on the successful implementation of electronic medical records.
Methods: The population in this study were all doctors at Surya Husadha Hospital Denpasar, Surya Husadha Nusa Dua Hospital and Surya Husadha Ubung Hospital which included general practitioners and specialist doctors with a total population of 149 doctors. In analyzing sample data and results, this study uses SEM (Structural Equation Modeling) and software to process SEM data using Smart PLS (Partial Least Square).
Results: The benefits and convenience of electronic medical records on Doctor's Work Commitment are not accepted, or their truth is not verified. Increasing the benefits and conveniences may not necessarily increase Doctors' Work Commitment, but the benefits and conveniences of electronic medical records have been verified to increase the success of implementing electronic medical records. Digital technology literacy and the quality of SIMRS (hospital management information system) regarding doctors' work commitments are accepted, or proven true. Increasing digital technology literacy and SIMRS quality can increase Doctors' Work Commitment, but are not accepted, or have not been verified in increasing the success of implementing electronic medical records.
Conclusion: Based on the description and results of the study, it can be concluded that the benefits and convenience of electronic medical records can directly increase the success of implementing electronic medical records without having to go through a doctor's work commitment, but digital technology literacy and the quality of SIMRS (hospital management information system) must go through a doctor's work commitment in order to increase the success of implementing electronic medical records.
Latar Belakang: Rekam medis elektronik adalah rekam medis yang dibuat dengan menggunakan sistem elektronik yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan rekam medis. Rekam medis elektronik memberikan banyak manfaat, kemudahan, kecepatan, kenyamanan dalam pelayanan dan efisiensi, namun dalam pelaksanaan pengisian rekam medis elektronik, pencapaian pengisian rekam medis elektronik belum sesuai target. Dalam penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh manfaat dan kemudahan rekam medis elektronik, literasi teknologi digital, kualitas sistem informasi manajemen rumah sakit dan komitmen kerja dokter terhadap kesuksesan implementasi rekam medis elektronik.
Metode: Populasi pada penelitian ini adalah semua dokter di RSU Surya Husadha Denpasar, RS Surya Husadha Nusa Dua dan RS Surya Husadha Ubung yang meliputi dokter umum dan dokter spesialis dengan total jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 149 dokter. Dalam menganalisa data sampel dan hasilnya, penelitian ini menggunakan SEM (Structural Equation Modeling) dan Software untuk mengolah data SEM menggunakan Smart PLS (Partial Least Square).
Hasil: Manfaat dan kemudahan rekam medis elektronik terhadap Komitmen Kerja Dokter tidak diterima, atau tidak teruji kebenarannya. Peningkatan manfaat dan kemudahan belum tentu dapat meningkatkan Komitmen Kerja Dokter, namun manfaat dan kemudahan rekam medis elektronik teruji kebenarannya untuk meningkatkan kesuksesan implementasi rekam medis elektronik. Literasi teknologi digital dan kualitas SIMRS (sistem informasi manajemen rumah sakit) terhadap komitmen kerja dokter diterima, atau teruji kebenarannya. Peningkatan literasi teknologi digital dan kualitas SIMRS dapat meningkatkan Komitmen Kerja Dokter, namun tidak diterima, atau tidak teruji kebenarannya dalam meningkatkan kesuksesan implementasi rekam medis elektronik.
Simpulan: Berdasarkan deskripsi dan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa manfaat dan kemudahan rekam medis elektronik secara langsung bisa meningkatkan kesuksesan implementasi rekam medis elektronik tanpa harus melalui komitmen kerja dokter, namun literasi teknologi digital dan kualitas SIMRS (sistem informasi manajemen rumah sakit) harus melalui komitmen kerja dokter dalam rangka meningkatkan kesuksesan implementasi rekam medis elektronik.
Hubungan status gizi dengan gangguan siklus menstruasi santri putri di madrasah aliyah putri ponpes darul muhajirin praya
Noer Aulya Amy Aprilia, Lina Nurbaiti , Marie Yuni Andari, Muhammad Rizkinov JumsaOnline First: Jul 30, 2023
- Abstract
Hubungan status gizi dengan gangguan siklus menstruasi santri putri di madrasah aliyah putri ponpes darul muhajirin praya
Background: Menstrual disorders are problem that is often experienced by adolescents and affects the quality of life of daily activities. Nutritional status is one of the causes of menstrual disorders. Previous research shows that deficiency or excess nutrition in a woman decreased hypothalamic function which can cause the production of LH (Luteinising Hormone) and FSH (Follicle Stimulating Hormone) to be disrupted so that menstruation is disrupted. The purpose of this study was to analyze the relationship between nutritional status and menstrual cycle disorders of female students in Madrasah Aliyah Putri Ponpes Darul Muhajirin Praya.
Method: This research is an analytical descriptive research with a cross-sectional study design. In cross-sectional studies, independent variables or risk factors and dependent (effects) are assessed simultaneously at one moment; So there was no follow-up on cross-sectional studies, with cross-sectional studies obtaining the prevalence of disease in the population at any given time.
Results : Most of the students at Madrasah Aliyah Putri Ponpes Darul Muhajirin Praya had normal nutritional status 66.7%, underweight 23.9% and obese 9.5%, Of the 105 respondents studied, students at Madrasah Aliyah Putri Ponpes Darul Muhajirin Praya experienced normal menarchean age (93.3%) and for the last 3 months had regular (83.8%) and normal (44.8%) menstrual cycles. normal menstrual duration (77.1%), the amount of normal menstrual bleeding (84.4%), and experiencing pelvic pain during menstruation (83.8%) with moderate pain (47.6%), Based on the results of the chi-square test, a significance value (p) of 0.038 (p<0.05) was obtained so that it can be concluded that there is a significant relationship between nutritional status and the menstrual cycle.
Conclusion :There is a significant relationship between nutritional status and menstrual cycle disorders in Madrasah Aliyah Putri Ponpes Darul Muhajirin Praya.
Latar Belakang : Gangguan menstruasi merupakan masalah yang sering dialami oleh remaja dan mempengaruhi kualitas hidup aktivitas sehari hari. Status gizi merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan menstruasi. Penelitian sebelumnya menunjukkan kekurangan atau kelebihan gizi pada seorang wanita beresiko pada penurunan fungsi hipotalamus yang dapat menyebabkan produksi LH (Luteinising Hormon) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) terganggu sehingga menstruasi terganggu. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menganalisis hubungan status gizi dengan gangguan siklus menstruasi santri putri di Madrasah Aliyah Putri Ponpes Darul Muhajirin Praya.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan studi cross-sectional. Dalam studi cross-sectional, variabel independen (faktor risiko) dan dependen (efek) dinilai secara simultan pada satu saat; Sehingga tidak ada follow-up pada studi cross-sectional, dengan studi cross-sectional diperoleh prevalensi penyakit dalam populasi pada suatu saat.
Hasil : Sebagian besar siswi di Madrasah Aliyah Putri Ponpes Darul Muhajirin Praya memiliki status gizi normal 66,7%, kurus 23,9% dan gemuk 9,5%, Dari 105 responden yang diteliti, siswi di Madrasah Aliyah Putri Ponpes Darul Muhajirin Praya mengalami usia menarke normal (93,3%) dan selama 3 bulan terakhir memiliki siklus menstruasi yang teratur (83,8%) dan normal (44,8%), durasi menstruasi normal (77,1%), jumlah perdarahan menstruasi normal (84,4%), dan mengalami nyeri pelvis saat menstruasi (83,8%) dengan derajat nyeri sedang (47,6%), Berdasarkan hasil uji chi-square, didapatkan nilai signifikansi (p) sebesar 0,038 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan siklus menstruasi.
Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara status gizi terhadap gangguan siklus menstruasi pada Madrasah Aliyah Putri Ponpes Darul Muhajirin Praya.
Rekonstruksi spiral oblique retinacular ligament menggunakan free graft tendon dalam penanganan deformitas swan neck akibat mallet finger kronis: Sebuah laporan kasus
Made Bramantya KarnaOnline First: May 25, 2023
- Abstract
Rekonstruksi spiral oblique retinacular ligament menggunakan free graft tendon dalam penanganan deformitas swan neck akibat mallet finger kronis: Sebuah laporan kasus
Abstract
Introduction: Swan neck deformity (SND) is characterized by hyperextension of the prochymal interphalangeal joint (PIP) and limitation of extension movement of the distal interphalangeal (DIP) accompanied by loss of finger function and loss of finger grip. SND often results from chronic mallet injuries and requires surgical treatment. One of the surgical procedures is the reconstruction of the spiral oblique retinaculum ligament (SORL). We report a case of SND due to chronic mallet finger which was treated with SORL reconstruction using a free tendon graft from palmaris longus.
Case Report: We report a case of SND due to chronic mallet finger deformity in a 16-year-old male patient with left ring finger deformity for 10 years with 55◦ extension lag and −20◦ PIP joint hyperextension. We performed SORL reconstruction using a free tendon graft from the palmaris longus and temporary immobilization using a K-wire on the PIP in 20◦ flexion and in the DIP in neutral position for 3 weeks. Five weeks after surgery, the patient achieved good range of motion and stability in the PIP and DIP joints.
Discussion: SORL reconstruction of a finger with chronic mallet deformity coordinates extension of the PIP and DIP joints with a dynamic effect of tenodesis. This concept improves the stability of the DIP and PIP joints by connecting the volar flexor tendon sheath to the lateral aspect of the terminal tendon using a free tendon graft, thereby providing a mechanism for DIP extension during active PIP extension.
Conclusion: SORL reconstruction using a free tendon graft from the palmaris longus may be an effective treatment option for SND.
Pendahuluan: Deformitas swan neck (SND) ditandai dengan adanya hiperekstensi pada sendi interphalangeal prokimal (PIP) dan keterbatasan gerakan ekstensi dari interphalangeal distal (DIP) disertai dengan hilangnya fungsi jari dan kehilangan daya genggam jari. SND sering diakibatkan oleh cedera mallet yang kronis dan membutuhkan penanganan pembedahan. Salah satu prosedur pembedahan adalah dengan rekonstruksi spiral oblique retinaculum ligament (SORL). Kami melaporkan kasus SND akibat mallet finger kronis yang dilakukan penanganan dengan rekontruksi SORL menggunakan free tendon graft dari palmaris longus.
Laporan Kasus: Kami melaporkan kasus SND akibat deformitas jari mallet finger yang kronis pada pasien laki-laki berusia 16 tahun dengan kelainan bentuk jari manis kiri selama 10 tahun dengan extension lag 55◦ dan −20◦ hiperekstensi sendi PIP. Kami melakukan rekonstruksi SORL menggunakan free tendon graft dari palmaris longus dan imobilisasi sementara menggunakan K-wire pada PIP dalam keadaan fleksi 20◦ dan pada DIP dalam posisi netral selama 3 minggu. Lima minggu setelah dilakukan tindakan pembedahan, pasien mencapai rentang gerak yang baik dan stabilitas pada sendi PIP dan DIP.
Pembahasan: Rekonstruksi SORL terhadap jari dengan deformitas mallet kronis mengoordinasikan ekstensi dari sendi PIP dan DIP dengan efek tenodesis yang dinamis. Konsep ini meningkatkan stabilitas sambungan DIP dan PIP dengan menghubungkan selubung tendon fleksor volar ke aspek lateral tendon terminal menggunakan free tendon graft, sehingga menyediakan mekanisme untuk ekstensi DIP pada saat ekstensi PIP secara aktif aktif.
Kesimpulan: Rekonstruksi SORL menggunakan free tendon graft pada palmaris longus mungkin menjadi pilihan yang baik dalam penanganan SND.
Sindrom rubella kongenital: sebuah studi kasus
Made Nindya Prahasari Wismawan, Romy WindiyantoOnline First: Jun 28, 2023
- Abstract
Sindrom rubella kongenital: sebuah studi kasus
Background: Rubella is viral disease characterized by maculopapular rash, lymphadenopathy, and fever. Transmission of Rubella infection may occur through direct contact, nasopharyngeal droplets, or direct transmission in pregnancy. This case report aims to present a case of congenital rubella syndrome (CRS) in female baby with chief complain of unilateral cataract.
Case presentation: A 1-day-old female baby arrived at our center with a chief complain of unilateral cataract in the right eye. Physical examination revealed microcephaly and third-degree continuous murmur below left clavicula. Laboratory examination showed an increase in lymphocyte and immature to total neutrophil ratio (IT ratio) with neutropenia. Patient was then diagnosed with CRS with congenital cataract, non-cyanotic congenital heart disease, and microcephaly.
Conclusion: CRS is a constellation of symptoms caused by Rubella infection during pregnancy. Risk of developing CRS typically decreased with increasing gestational age. Prevention of CRS was done with immunization such as MR and MMR.
Pendahuluan: Rubella merupakan penyakit virus yang ditandai dengan ruam makulopapular, limfadenopati, dan demam yang disebabkan oleh infeksi virus Rubella. Penularan Rubella dapat melalui kontak langsung, droplet sekret nasofaring, atau penyebaran langsung pada ibu hamil. Studi ini bermaksud melaporkan kasus sindrom rubella kongenital (SRK) pada bayi perempuan dengan keluhan utama katarak unilateral.
Presentasi kasus: Seorang bayi perempuan berusia 1 hari datang dengan keluhan utama terdapat katarak unilateral pada mata kanan. Terdapat mikrosefali dan kelainan bunyi jantung berupa murmur kontinu di bawah klavikula kiri derajat III. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan limfosit, peningkatan rasio neutrofil imatur/total (IT ratio), dan neutropenia. Pasien didiagnosis SRK dengan katarak kongenital, penyakit jantung bawaan asianotik, dan mikrosefali.
Simpulan: Sindrom rubella kongenital (SRK) adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh infeksi Rubella yang terjadi selama kehamilan. Risiko terjadinya CRS akan menurun seiring dengan peningkatan usia kehamilan ibu. Pemeriksaan klinis dan tes penunjang digunakan untuk menentukan klasifikasi penyakit ini. Pencegahan SRK dapat dilakukan melalui imunisasi seperti MR dan MMR.
Neonatal lupus erythematosus: sebuah laporan kasus
Dewa Ayu Desy, Ketut Dewi Kumara Wati, Putu Junara PutraOnline First: Jul 28, 2023
- Abstract
Neonatal lupus erythematosus: sebuah laporan kasus
Background: The Neonatal Lupus Erythematosus (NLE) phenotype is characterized by a clinical spectrum of skin, heart, and general features observed in the early infancy of infants born to mothers with autoantibodies against Ro/SSA, La/SSB, and U1 ribonucleoprotein (U1-RNP). The diagnosis is supported by clinical symptoms and identifying NLE-associated antibodies in either the mother's or infant's serum. We aim to report clinically manifest cases of NLE to increase knowledge about NLE management and outcome.
Case Presentation: A 4-day-old boy complained of bloody vomiting and bruises on both eyes, abdomen and thighs since birth. The patient was found to have a red rash on the cheeks that crossed the nose line, which was shaped like a butterfly. The patient was taken from systemic lupus erythematosus mothers, who was diagnosed with SLE in 2012 and got therapy until 2014. On the first day of admission, the patient seemed lethargic. The physical examination revealed bruised (periorbital erythema) and subconjunctiva bleeding on both eyes, bruised on abdomen and thigh, and butterfly rash on the cheek, but no bulging fontanelle. The ECG was within normal limits, and the echocardiogram revealed a left-to-right shunt due to a patent foramen ovale (PFO) and mild tricuspid regurgitation, neither requiring cardiac treatment. 1:100 ANA IF titer with a speckled pattern, positive ANA profile histon, anti-DS DNA 60.7 IU/mL, and C3 124.4 mg/dL. The patient was subsequently diagnosed with mild to moderate neonatal lupus erythematosus based on clinical history, physical exam, and laboratory examination.
Conclusion: Neonatal lupus erythematosus (NLE) can be fatal; therefore, observation is crucial.
Latar belakang: Fenotipe Neonatal Lupus Erythematosus (NLE) ditandai dengan spektrum klinis kulit, jantung, dan gambaran umum yang diamati pada awal masa bayi bayi yang lahir dari ibu dengan autoantibodi terhadap ribonukleoprotein Ro/SSA, La/SSB, dan U1. (U1-RNP). Diagnosis didukung oleh adanya gejala klinis dan identifikasi antibodi terkait NLE baik dalam serum ibu atau bayi. Penulis bertujuan untuk melaporkan kasus NLE secara klinis guna meningkatkan pengetahuan terkait manajemen dan hasil NLE.
Presentasi Kasus: Seorang anak laki-laki berusia 4 hari datang dengan keluhan muntah darah dan memar yang muncul pada kedua mata, perut dan paha sejak lahir. Pasien ditemukan adanya ruam merah di pipi yang melintasi garis hidung yang berbentuk seperti kupu-kupu. Pasien lahir dari ibu lupus eritematosus sistemik yang didiagnosis SLE sejak tahun 2012 dan mendapat terapi hingga tahun 2014. Pada hari pertama masuk pasien tampak lesu, pada pemeriksaan fisik didapatkan memar (periorbital erythema) dan perdarahan subkonjungtiva pada kedua mata, memar. di perut dan paha, ruam kupu-kupu di pipi, ubun-ubun tidak menonjol. Hasil EKG berada dalam batas normal, dan ekokardiogram menunjukkan shunt kiri ke kanan karena paten foramen ovale (PFO) dan regurgitasi trikuspid ringan, keduanya tidak memerlukan perawatan jantung. Titer ANA IF 1:100 dengan pola berbintik, histon profil ANA positif, DNA anti-DS 60,7 IU/mL, dan C3 124,4 mg/dL. Pasien kemudian didiagnosis dengan lupus eritematosus neonatal ringan sampai sedang berdasarkan riwayat klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
Simpulan: Neonatal lupus erythematosus (NLE) bisa berakibat fatal sehingga observasi sangat penting.
Meningitis dan bakteremia pada bayi prematur yang disebabkan oleh Elizabethkingia meningoseptica di RSUP Sanglah : Laporan kasus pertama yang dipublikasi
Juniarta Panggabean, Agus Eka Darwinata, Ni Made Adi TariniOnline First: May 25, 2023
- Abstract
Meningitis dan bakteremia pada bayi prematur yang disebabkan oleh Elizabethkingia meningoseptica di RSUP Sanglah : Laporan kasus pertama yang dipublikasi
Introduction: Elizabethkingia meningoseptica (E. meningoseptica) is a non-fermentative gram-negative bacillus that is commonly found in aquatic environments, including adequately chlorinated water reservoirs. E. meningoseptica very rarely causes infection in humans, but is often associated with neonatal meningitis and bacteremia, especially in premature neonates or newborns weighing less than 2,500 g. Infections that occur are often severe and life-threatening or can be cured but with sequelae. The characteristics of E. meningoseptica are its resistance to some antibiotics commonly used for gram-negative bacterial infections, but its susceptibility to antibiotics commonly used for gram-positive bacterial infections; Thus, conventional empiric antibiotics often lead to unfavorable outcomes. Special understanding is needed for clinicians of E. meningoseptica infection to prevent errors in management.
Case report: We report a case of meningitis and sepsis caused by E. meningoseptica in a female preterm infant born at 33 weeks gestation, in which the onset of fever occurred on day 19 of life. The infant received empiric therapy with intravenous ampicillin and amikacin. E. meningoseptica was identified from 2-sided cerebrospinal fluid and blood culture specimens, 3 days after collection. Infants then received definitive antibiotic therapy of intravenous ciprofloxacin for 25 days (4 weeks). The baby's clinical condition showed improvement, which was marked by normalization of cerebrospinal fluid although with hydrocephalus sequelae, and finally the baby was allowed to go home.
Conclusion: Prompt and precise diagnosis in clinical samples and sensitivity testing, appropriate empiric antibiotic therapy, and long-term definitive therapy are key factors in the successful management of E. meningoseptica infection.
Pendahuluan: Elizabethkingia meningoseptica (E. meningoseptica) adalah bakteri basil gram-negatif non- fermentatif yang banyak ditemukan di lingkungan air, termasuk penampungan air yang terklorinasi secara adekuat. E. meningoseptica sangat jarang menyebabkan infeksi pada manusia, namun sering dikaitkan dengan meningitis neonatus dan bakteremia, terutama pada neonatus prematur atau bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gr. Infeksi yang terjadi seringkali berat dan mengancam jiwa atau dapat sembuh namun dengan sekuele. Karakteristik dari E. meningoseptica adalah resistensinya terhadap beberapa antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi bakteri gram-negatif, namun rentan terhadap antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi bakteri gram-positif; sehingga pemberian antibiotik empiris konvensional sering menyebabkan hasil yang tidak menguntungkan. Perlu pemahaman khusus bagi para klinisi terhadap infeksi E. meningoseptica untuk mencegah kesalahan dalam penatalaksanaan.
Laporan kasus: Kami melaporkan kasus meningitis dan sepsis yang disebabkan oleh E. meningoseptica pada bayi prematur perempuan yang lahir pada usia kehamilan 33 minggu, dimana onset demam terajdi pada hari ke 19 kehidupan. Bayi mendapatkan terapi empiris ampisilin dan amikasin intravena. E. meningoseptica teridentifikasi dari spesimen kultur cairan serebrospinal dan darah 2 sisi, 3 hari setelah dikoleksi. Bayi kemudian mendapatkan terapi antibiotik definitif siprofloksasin intravena selama 25 hari (4 minggu). Kondisi klinis bayi menunjukkan perbaikan, yang ditandai dengan normalisasi cairan serebrospinal meskipun dengan sekuele hidrosefalus, dan akhirnya bayi diijinkan pulang ke rumah.
Simpulan: Diagnosis yang cepat dan tepat dalam sampel klinis dan pengujian sensitivitas, pemberian terapi antibiotik empiris yang tepat, serta pemberian terapi definitif untuk jangka waktu yang lama merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pengelolaan infeksi E. meningoseptica.